Senin, 13 Agustus 2012

TERHEMPAS DI NEGERI TIRAI BAMBU (BAG.6)




3. SEPIRING BERDUA

 “Kita menapak di pematang kecil yang licin ini sebagai ujian bagi rumah tangga kita, agar kebahagiaan kita teruji ketangguhannya.” Lanjut Kang Sholih.

“Apa maksudnya kang ?” Tanya Leha tidak mengerti.

“Berumah tangga itu tidak selamanya senang dan selalu bertabur gembira. Adakalanya tertimpa sedih yang bertubi - tubi. Ketika senang bisa diumpamakan kita bagaikan berjalan diatas jalan aspal yang lempang. Tidak ada gangguan apa – apa. Sehingga kita bisa melaju kencang dengan santai, enak dan senang. Tidak takut kecelakaan, jatuh atau bertabrakan. Sehingga akan selamat dan segera sampai di pantai kebahgiaan yang indah nan luas. Tapi perlu diingat ! Tidak selamanya jalan aspal lempang bebas hambatan. Adakalanya terjadi kecelakaan. Penguna jalan yang satu sudah hati – hati tapi pengguna jalan yang lain ceroboh, sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan, kecelakaan umpamanya. Walaupun frekwensinya relative kecil.” 


“Berumah  tangga itu bisa juga tertimpa kesedihan yang bertubi – tubi. Bertumpuk – tumpuk ujian. Berbagai ujian dari Alloh di timpakan bertumpuk menjadi satu dalam satu waktu yang sama. Sakit, terlilit hutang, dan berbagai godaan saling berkait menjadi satu dalam satu waktu menghiasi kehidupan rumah tangga. Artinya kesedihan yang satu belum beres sudah tertimpa kesedihan yang lainnya. Sehingga kehidupan rumah tangga bagaikan gudangnya berbagai kesedihan sepanjang masa. Tidak ada simpanan uang, tidak bisa bekerja, tidak ada pemasukan, tidak ada lapangan pekerjaan dan masih menanggung hutang yang banyak yang harus dibayar dengan segera. Kalau sudah menanggung ujian semacam itu sanggupkah hati menerima takdir kesedihan itu dengan ikhlash, dan menjadikan ujian kesedihan itu sebagai kebahagiaan hati ? Sanggupkah menyambut kesedihan itu dengan hati syukur ? Sanggupkah mencari solusi yang tepat, sehingga tidak pernah putus asa ? Karena putus asa itu dilarang oleh Alloh. Sebagaimana tertera dalam surat Yusuf ayat 87 yang artinya : “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.” Sanggupkah mempertahankan kelangsungan bahtera rumah tangga itu ? Atau justru rumah tangga hancur berantakan terhantam gelombang ujian itu ? Kondisi yang terakhir ini bagaikan berjalan di atas pematang sawah yang kecil, berlumpur dan licin ini. Rawan jatuh dan tenggelam di dalam lumpur sawah ini. Tapi perlu dingat juga, bahwa  Alloh tidak menguji hamba – Nya kecuali dalam kesanggupan hamba tadi. Firman Alloh di penghujung surat Al – Baqoroh, ayat 286 yang artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

“Jangan bilang demikian ! Leha takut kang mas.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih komentarnya !!!