“Kita
menapak di pematang kecil yang licin ini sebagai ujian bagi rumah tangga kita,
agar kebahagiaan kita teruji ketangguhannya.” Lanjut Kang Sholih.
“Apa
maksudnya kang ?” Tanya Leha tidak mengerti.
“Berumah
tangga itu tidak selamanya senang dan selalu bertabur gembira. Adakalanya
tertimpa sedih yang bertubi - tubi. Ketika senang bisa diumpamakan kita
bagaikan berjalan diatas jalan aspal yang lempang. Tidak ada gangguan apa –
apa. Sehingga kita bisa melaju kencang dengan santai, enak dan senang. Tidak
takut kecelakaan, jatuh atau bertabrakan. Sehingga akan selamat dan segera
sampai di pantai kebahgiaan yang indah nan luas. Tapi perlu diingat ! Tidak
selamanya jalan aspal lempang bebas hambatan. Adakalanya terjadi kecelakaan.
Penguna jalan yang satu sudah hati – hati tapi pengguna jalan yang lain
ceroboh, sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan, kecelakaan umpamanya.
Walaupun frekwensinya relative kecil.”
“Berumah
tangga itu bisa juga tertimpa kesedihan
yang bertubi – tubi. Bertumpuk – tumpuk ujian. Berbagai ujian dari Alloh di
timpakan bertumpuk menjadi satu dalam satu waktu yang sama. Sakit, terlilit hutang,
dan berbagai godaan saling berkait menjadi satu dalam satu waktu menghiasi
kehidupan rumah tangga. Artinya kesedihan yang satu belum beres sudah tertimpa
kesedihan yang lainnya. Sehingga kehidupan rumah tangga bagaikan gudangnya
berbagai kesedihan sepanjang masa. Tidak ada simpanan uang, tidak bisa bekerja,
tidak ada pemasukan, tidak ada lapangan pekerjaan dan masih menanggung hutang
yang banyak yang harus dibayar dengan segera. Kalau sudah menanggung ujian
semacam itu sanggupkah hati menerima takdir kesedihan itu dengan ikhlash, dan menjadikan
ujian kesedihan itu sebagai kebahagiaan hati ? Sanggupkah menyambut kesedihan
itu dengan hati syukur ? Sanggupkah mencari solusi yang tepat, sehingga tidak
pernah putus asa ? Karena putus asa itu dilarang oleh Alloh. Sebagaimana
tertera dalam surat Yusuf ayat 87 yang artinya : “dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.”
Sanggupkah mempertahankan kelangsungan bahtera rumah tangga itu ?
Atau justru rumah tangga hancur berantakan terhantam gelombang ujian itu ?
Kondisi yang terakhir ini bagaikan berjalan di atas pematang sawah yang kecil,
berlumpur dan licin ini. Rawan jatuh dan tenggelam di dalam lumpur sawah ini.
Tapi perlu dingat juga, bahwa Alloh
tidak menguji hamba – Nya kecuali dalam kesanggupan hamba tadi. Firman Alloh di
penghujung surat Al – Baqoroh, ayat 286 yang artinya : Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
“Jangan
bilang demikian ! Leha takut kang mas.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya !!!